Proyek pertukaran pelajar
1.
Tujuan Proyek:
Siswa-siswi SMA harus memperluas cakrawala mereka dalam beberapa bulan ini untuk mencari sebuah Universitas dengan lingkungan belajar yang berbeda. Pengalaman ini bisa di ambil dari contoh Mahasiswa/i da Vinci Polytechnic Papua International dan juga Mahasiswa/I da Vinci di Belanda, bagaimana mereka di anugrahi dengan fasilitas yang super canggih di Belanda.
Siswa SMA yang Sederajad berkesempatan memperoleh wawasan idiologi dengan mempelajari banyak bahasa asing di da Vinci Polytechnic Papua International, oleh karena itu mereka termotivasi untuk lebih mendalam mengetahui "isi" kemudian mereka "berhak" untuk belajar dan Saling memahami budaya luar satu dengan lainnya dengan tujuan yang baik yakni dengan pertukaran Pelajar.
Mahasiswa da Vinci International Politeknik Papua benar-benar memiliki lebel "International" dengan berdasarkan pengalaman kerja minimal satu tahun, dengan kerja yang dikembangkan oleh etika yang baik, kecepatan daya tangkap dan disiplin akan memberikan kontribusi yang baik pada profesionalisasi tenaga kerja di Tanah Papua.
Negeri Belanda dengan melihat sejarah masa lalu telah memberikan sumbangan yang sangat besar untuk berkontribusinya didalam kelangsungan dan peningkatan mutu pendidikan melalui memfasilitasi proyek-proyek penelitian kepada Mahasiswa/i di da Vinci Polytechnic Papua International.
Sejarah
Sekitar 10 Universitas Tinggi di Belanda MBO - HBO memberi kesempatan di tahun 2008 untuk meresmikan da Vinci Polytechnic Papua International di Sorong, Papua Barat, dan mereka terhubung dengan dukungan dari program "Explore" yakni Siswa/i SMA/SMK yang sederajad dapat ikut serta gabung di dalam keberhasilan peluncuran program dari Universitas kami dengan dasar program yakni English Club. Para Mahasiswa/i da Vinci dan siswa-siswi SMA/SMK dan Sederajad telah termotivasi dan didorong untuk belajar bahasa Inggris, Bahasa Belanda dan Bahasa Jepang. Sebuah delegasi dari Departemen Luar Negeri Indonesia pada tahun yang sama sekolah kami di Sorong dikunjungi dan dikejutkan oleh kemampuan tingkat bahasa Inggris dari Mahasiswa/i kami yang luar biasa.
Setara Perancis "Endemol", ALP, produser dari "Fort Boyard" dan "Koh Lanta" telah baru-baru ini melakukan syuting di Raja Ampat. Ia mengambil beberapa Mahasiswa/i da Vinci Polytechnic Papua International untuk bekerja dengan mereka baik sebagai penerjemah / interpreter untuk di bagian Purchasing Maupun Administrasi, Finance Accounting untuk bekerja di perusahaannya dan juga Mahasiswa/I kami telah memberikan kontribusi yang baik di dalam kelancaran proses pembuatan film tersebut. Meskipun di Sorong selama ini terdapat 5 institusi pendidikan tinggi dan (3 universitas), hanya satu yang dapat dipercaya yakni Politeknik Papua da Vinci International (DVPPI) dengan kemampuan Bahasa Inggrisnya.
Catatan Kaki :
Banyak orang Papua berpikir positif tentang Hindia-Belanda pada masa lalu, walaupun masih banyak hutang yang belum dibayar akibat penjajahan, Tetapi pendidikan yang harus di bayarkan sekarang bukan uang.
Problem
Pendidikan di Papua cukup buruk. Di atas kertas semua tampak baik-baik saja dengan nilai yang tinggi dan dapat di manipulasi serta ijazah yang bisa di beli tapi bukan itu inti dari pendidikan tapi ilmu yang menjadi dasar untuk menjadi orang yang sukses. Nilai dalam Ujian Nasional yang digunakan oleh semua sekolah menengah Atas "sempurna". Bahkan ada sekolah dengan Tingkat keberhasilan 100% kelulusan. Namun, sebaliknya. Output balik dari "siswa SMA tersebut khususnya dalam hal bahasa Asing secara Tulisan maupun Lisan mereka tidak sempurna, pengetahuan umum jauh dari minim, matematika dan keterampilan belajar lainnya jauh di bawah standar. degradasi tampaknya hampir tak terbendung. Orangtua dari siswa/i jelas tidak menerima guru-guru yang tidak berkompeten dalam mengajar anak mereka, dan beberapa fasilitas belajar Dari sekolah tersebut yang tidak memadai, mungkin itu penyebab dari beberapa masalah dari keterbelakangan khususnya SDM (Sumber Daya Manusia) di Tanah Papua.
Ketika siswa/i SMA mendaftar di Universitas kami, mereka mendapatkan kejutan proses disiplin yang sangat besar dari Universitas kami dengan mengadopsi sistem dari Belanda. Aturan kami sangat ketat berlaku, Penggunaan 3 Bahasa Asing dalam percakapan sehari-hari dan itu tidak boleh di langgar, dan hari-hari di mana lingkungan dalam Universitas yang relatif Mahasiswa/i menghabiskan waktu yang panjang yakni 10 Jam belajar per-hari, banyak Tugas PR, Presentasi, Proyek Ilmiah dan Kegiatan Extrakulikuler serta project-project yang tidak bisa terelakkan, semua Mata Kuliah menggunakan Bahasa Inggris dan menggunakan beberapa Bahasa seperti Dutch dan Jepang tergantung dari Mata Kuliah tersebut.
Musim gugur tahun ini, dalam satu tahun, lebih dari separuh dari semua Mahasiswa Akan Berangkat Ke Belanda dalam Pelaksanaan Study Tour di da Vinci College di Dodrect Nederlands. Solusi Menurut visi kita, kita memerlukan "boarding" sistem di Papua, mengingat jarak yang sangat besar dan kurang infrastruktur. Kita semua harus menyadari dari dini. Selanjutnya, ini diperluas ke semua sekolah menengah. Ini mungkin tidak akan cukup. Hal-hal berikut di bawah ini juga harus disadari:
Siswa/i sekolah menengah Indonesia (SMA/SMK) (terutama di Papua), beberapa bulan kedepan akan di sekolahkan di Belanda, membuat mereka merasa lebih baik dan menyadari betapa besar jaminan pendidikan yang telah di berikan oleh DVPPI kepada mereka. Ini akan sangat memotivasi mereka. Sebaliknya siswa dari Belanda pada waktunya mereka akan mendapat giliran melakukan kunjungan kembali ke Papua, kesan yang timbul dari kondisi ini, di mana teman-teman mereka berkesempatan untuk belajar. Salah satu “Millenium Development Goals” sehingga dapat terwujud.
Tujuan Proyek:
Siswa-siswi SMA harus memperluas cakrawala mereka dalam beberapa bulan ini untuk mencari sebuah Universitas dengan lingkungan belajar yang berbeda. Pengalaman ini bisa di ambil dari contoh Mahasiswa/i da Vinci Polytechnic Papua International dan juga Mahasiswa/I da Vinci di Belanda, bagaimana mereka di anugrahi dengan fasilitas yang super canggih di Belanda.
Siswa SMA yang Sederajad berkesempatan memperoleh wawasan idiologi dengan mempelajari banyak bahasa asing di da Vinci Polytechnic Papua International, oleh karena itu mereka termotivasi untuk lebih mendalam mengetahui "isi" kemudian mereka "berhak" untuk belajar dan Saling memahami budaya luar satu dengan lainnya dengan tujuan yang baik yakni dengan pertukaran Pelajar.
Negeri Belanda dengan melihat sejarah masa lalu telah memberikan sumbangan yang sangat besar untuk berkontribusinya didalam kelangsungan dan peningkatan mutu pendidikan melalui memfasilitasi proyek-proyek penelitian kepada Mahasiswa/i di da Vinci Polytechnic Papua International.
Sejarah
Sekitar 10 Universitas Tinggi di Belanda MBO - HBO memberi kesempatan di tahun 2008 untuk meresmikan da Vinci Polytechnic Papua International di Sorong, Papua Barat, dan mereka terhubung dengan dukungan dari program "Explore" yakni Siswa/i SMA/SMK yang sederajad dapat ikut serta gabung di dalam keberhasilan peluncuran program dari Universitas kami dengan dasar program yakni English Club. Para Mahasiswa/i da Vinci dan siswa-siswi SMA/SMK dan Sederajad telah termotivasi dan didorong untuk belajar bahasa Inggris, Bahasa Belanda dan Bahasa Jepang. Sebuah delegasi dari Departemen Luar Negeri Indonesia pada tahun yang sama sekolah kami di Sorong dikunjungi dan dikejutkan oleh kemampuan tingkat bahasa Inggris dari Mahasiswa/i kami yang luar biasa.
Setara Perancis "Endemol", ALP, produser dari "Fort Boyard" dan "Koh Lanta" telah baru-baru ini melakukan syuting di Raja Ampat. Ia mengambil beberapa Mahasiswa/i da Vinci Polytechnic Papua International untuk bekerja dengan mereka baik sebagai penerjemah / interpreter untuk di bagian Purchasing Maupun Administrasi, Finance Accounting untuk bekerja di perusahaannya dan juga Mahasiswa/I kami telah memberikan kontribusi yang baik di dalam kelancaran proses pembuatan film tersebut. Meskipun di Sorong selama ini terdapat 5 institusi pendidikan tinggi dan (3 universitas), hanya satu yang dapat dipercaya yakni Politeknik Papua da Vinci International (DVPPI) dengan kemampuan Bahasa Inggrisnya.
Catatan Kaki :
Banyak orang Papua berpikir positif tentang Hindia-Belanda pada masa lalu, walaupun masih banyak hutang yang belum dibayar akibat penjajahan, Tetapi pendidikan yang harus di bayarkan sekarang bukan uang.
Problem
Pendidikan di Papua cukup buruk. Di atas kertas semua tampak baik-baik saja dengan nilai yang tinggi dan dapat di manipulasi serta ijazah yang bisa di beli tapi bukan itu inti dari pendidikan tapi ilmu yang menjadi dasar untuk menjadi orang yang sukses. Nilai dalam Ujian Nasional yang digunakan oleh semua sekolah menengah Atas "sempurna". Bahkan ada sekolah dengan Tingkat keberhasilan 100% kelulusan. Namun, sebaliknya. Output balik dari "siswa SMA tersebut khususnya dalam hal bahasa Asing secara Tulisan maupun Lisan mereka tidak sempurna, pengetahuan umum jauh dari minim, matematika dan keterampilan belajar lainnya jauh di bawah standar. degradasi tampaknya hampir tak terbendung. Orangtua dari siswa/i jelas tidak menerima guru-guru yang tidak berkompeten dalam mengajar anak mereka, dan beberapa fasilitas belajar Dari sekolah tersebut yang tidak memadai, mungkin itu penyebab dari beberapa masalah dari keterbelakangan khususnya SDM (Sumber Daya Manusia) di Tanah Papua.
Ketika siswa/i SMA mendaftar di Universitas kami, mereka mendapatkan kejutan proses disiplin yang sangat besar dari Universitas kami dengan mengadopsi sistem dari Belanda. Aturan kami sangat ketat berlaku, Penggunaan 3 Bahasa Asing dalam percakapan sehari-hari dan itu tidak boleh di langgar, dan hari-hari di mana lingkungan dalam Universitas yang relatif Mahasiswa/i menghabiskan waktu yang panjang yakni 10 Jam belajar per-hari, banyak Tugas PR, Presentasi, Proyek Ilmiah dan Kegiatan Extrakulikuler serta project-project yang tidak bisa terelakkan, semua Mata Kuliah menggunakan Bahasa Inggris dan menggunakan beberapa Bahasa seperti Dutch dan Jepang tergantung dari Mata Kuliah tersebut.
Musim gugur tahun ini, dalam satu tahun, lebih dari separuh dari semua Mahasiswa Akan Berangkat Ke Belanda dalam Pelaksanaan Study Tour di da Vinci College di Dodrect Nederlands. Solusi Menurut visi kita, kita memerlukan "boarding" sistem di Papua, mengingat jarak yang sangat besar dan kurang infrastruktur. Kita semua harus menyadari dari dini. Selanjutnya, ini diperluas ke semua sekolah menengah. Ini mungkin tidak akan cukup. Hal-hal berikut di bawah ini juga harus disadari:
Siswa/i sekolah menengah Indonesia (SMA/SMK) (terutama di Papua), beberapa bulan kedepan akan di sekolahkan di Belanda, membuat mereka merasa lebih baik dan menyadari betapa besar jaminan pendidikan yang telah di berikan oleh DVPPI kepada mereka. Ini akan sangat memotivasi mereka. Sebaliknya siswa dari Belanda pada waktunya mereka akan mendapat giliran melakukan kunjungan kembali ke Papua, kesan yang timbul dari kondisi ini, di mana teman-teman mereka berkesempatan untuk belajar. Salah satu “Millenium Development Goals” sehingga dapat terwujud.
· Mempelajari mengenai etika, kecepatan daya pikiran dan disiplin harus ditingkatkan. Indonesia yang belajar (lebih keras dalam pelatihan) harus menerima kira-kira satu tahun tinggal bersama keluarga di Belanda yang ditempatnya, yang mereka sebut tahun BBL diferensial atau (magang Pelatihan) dapat mereka ikuti. Mereka dapat memperoleh pengalaman kerja yang berharga.
· Mahasiswa/i da Vinci Polytechnic Papua International harus memiliki peluang untuk Program Master akan dipercepat untuk menyelesaikan ini sehingga mereka dapat menjadi Dosen agar dapat memperkaya pendidikan di Papua.
· Semua Mahasiswa/i da Vinci yang berpartisipasi dalam pertukaran ini maka harus memberikan presentasi sedikitnya kepada 150 orang. Sebagai duta pertukaran, saling pengertian di dalam budaya. Ini juga salah satu tujuan dari proyek "EXplore".
· Universitas da Vinci Polytechnic Papua International menawarkan program master (S2) untuk Mahasiswa/i DVPPI dan mereka harus menandatangani Kontrak di mana mereka setelah menyelesaikan studi mereka, setidaknya mengabdi 5 tahun untuk menjadi Dosen di DVPPI.